











Berikut adalah beberapa kejadian terorisme yang telah terjadi di Indonesia dan instansi Indonesia di luar negeri:
1949
• Kartosuwiryo memproklamirkan DI/TII di Jawa Barat. Negara Islam Indonesia (NII) wilayah Jawa Barat.
1952
• Kahar Muzakar bergabung dengan NII. Negara Islam Indonesia (NII) wilayah Sulawesi Selatan.
1953
• Daud Beureuh bergabung dengan NII. Negara Islam Indonesia (NII) wilayah Aceh.
1980
• Terjadi perpecahan dan persaingan existensi di antara anggota NII. Abdullah Sungkar dan Abu Bakar Ba’asyir mendirikan basis yang berpusat di pondok pesantren Al-Mukmin di desa Ngruki, Jawa Tengah (1980-1983).
1981
• Garuda Indonesia Penerbangan 206, 28 Maret 1981. Sebuah penerbangan maskapai Garuda Indonesia dari Palembang ke Medan pada penerbangan dengan pesawat DC-9 Woyla berangkat dari Jakarta pada pukul 8 pagi, transit di Palembang, dan akan terbang ke Medan dengan perkiraan sampai pada pukul 10.55. Dalam penerbangan, pesawat tersebut dibajak oleh 5 orang teroris yang menyamar sebagai penumpang. Mereka bersenjata senapan mesin dan granat, dan mengaku sebagai anggota Komando Jihad; 1 kru pesawat tewas; 1 tentara komando tewas; 3 teroris tewas.
1983
• Abdullah Sungkar dan Abu Bakar Ba’asyir ditangkap akibat melakukan tindakan subversif.
1985
• Abdullah Sungkar dan Abu Bakar Ba’asyir melarikan diri ke Malaysia pada saat proses kasasi. Di Malaysia Sungkar dan Ba’asyir menggalang pengiriman pasukan Jihad ke Afghanistan (1985-1992).
• Bom Candi Borobudur 1985, 21 Januari 1985. Peristiwa terorisme ini adalah peristiwa terorisme bermotif jihad kedua yang menimpa Indonesia.
1992
• Di Afghanistan terjadi perpecahan dengan kelompok Abdullah Sungkar dengan kelompok yang dipimpin Ajengan Masduki.
1993
• JI secara resmi dideklarasikan oleh Abdullah Sungkar.
2000
• Bom Kedubes Filipina, 1 Agustus 2000. Bom meledak dari sebuah mobil yang diparkir di depan rumah Duta Besar Filipina, Menteng, Jakarta Pusat. 2 orang tewas dan 21 orang lainnya luka-luka, termasuk Duta Besar Filipina Leonides T Caday.
• Bom Kedubes Malaysia, 27 Agustus 2000. Granat meledak di kompleks Kedutaan Besar Malaysia di Kuningan, Jakarta. Tidak ada korban jiwa.
• Bom Bursa Efek Jakarta, 13 September 2000. Ledakan mengguncang lantai parkir P2 Gedung Bursa Efek Jakarta. 10 orang tewas, 90 orang lainnya luka-luka. 104 mobil rusak berat, 57 rusak ringan.
• Bom malam Natal, 24 Desember 2000. Serangkaian ledakan bom pada malam Natal di beberapa kota di Indonesia, merenggut nyawa 16 jiwa dan melukai 96 lainnya serta mengakibatkan 37 mobil rusak.


2001
• Bom Gereja Santa Anna dan HKBP, 22 Juli 2001. di Kawasan Kalimalang, Jakarta Timur, 5 orang tewas.
• Bom Gereja Semarang 2001, 31 Juli 2001. Bom yang meledak di Gereja Bethel Tabernakel Kristus Alfa Omega, Jl.Gajah Mada 114-118, Semarang.
• Bom Plaza Atrium Senen Jakarta, 23 September 2001. Bom meledak di kawasan Plaza Atrium, Senen, Jakarta. 6 orang cedera.
• Bom restoran KFC, Makassar, 12 Oktober 2001. Ledakan bom mengakibatkan kaca, langit-langit, dan neon sign KFC pecah. Tidak ada korban jiwa. Sebuah bom lainnya yang dipasang di kantor MLC Life cabang Makassar tidak meledak.
• Bom sekolah Australia, Jakarta, 6 November 2001. Bom rakitan meledak di halaman Australian International School (AIS), Pejaten, Jakarta.
2002
• Bom Tahun Baru, 1 Januari 2002. Granat manggis meledak di depan rumah makan ayam Bulungan, Jakarta. Satu orang tewas dan seorang lainnya luka-luka. Di Palu, Sulawesi Tengah, terjadi empat ledakan bom di berbagai gereja. Tidak ada korban jiwa.
• Bom Bali, 12 Oktober 2002. Tiga ledakan mengguncang Bali. 202 korban yang mayoritas warga negara Australia tewas dan 300 orang lainnya luka-luka. Saat bersamaan, diManado, Sulawesi Utara, bom rakitan juga meledak di kantor Konjen Filipina, tidak ada korban jiwa.
• Bom restoran McDonald’s, Makassar, 5 Desember 2002. Bom rakitan yang dibungkus wadah pelat baja meledak di restoran McDonald’s Makassar. 3 orang tewas dan 11 luka-luka.
2003
• Bom Kompleks Mabes Polri, Jakarta, 3 Februari 2003, Bom rakitan meledak di lobi Wisma Bhayangkari, Mabes Polri Jakarta. Tidak ada korban jiwa.
• Bom Bandara Soekarno-Hatta, Jakarta, 27 April 2003. Bom meledak dii area publik di terminal 2F, bandar udara internasional Soekarno-Hatta, Cengkareng, Jakarta. 2 orang luka berat dan 8 lainnya luka sedang dan ringan.
• Bom JW Marriott, 5 Agustus 2003. Bom menghancurkan sebagian Hotel JW Marriott. Sebanyak 11 orang meninggal, dan 152 orang lainnya mengalami luka-luka.
2004
• Bom Palopo, 10 Januari 2004. Menewaskan empat orang. (BBC).
• Bom Kedubes Australia, 9 September 2004. Ledakan besar terjadi di depan Kedutaan Besar Australia. 5 orang tewas dan ratusan lainnya luka-luka. Ledakan juga mengakibatkan kerusakan beberapa gedung di sekitarnya seperti Menara Plaza 89, Menara Grasia, dan Gedung BNI. (Lihat pula: Bom Kedubes Indonesia, Paris 2004).
• Ledakan bom di Gereja Immanuel, Palu, Sulawesi Tengah pada 12 Desember 2004.
2005
• Dua Bom meledak di Ambon pada 21 Maret 2005.
• Bom Tentena, 28 Mei 2005. 22 orang tewas.
• Bom Pamulang, Tangerang, 8 Juni 2005. Bom meledak di halaman rumah Ahli Dewan Pemutus Kebijakan Majelis Mujahidin Indonesia Abu Jibril alias M Iqbal di Pamulang Barat. Tidak ada korban jiwa.
• Bom Bali, 1 Oktober 2005. Bom kembali meledak di Bali. Sekurang-kurangnya 22 orang tewas dan 102 lainnya luka-luka akibat ledakan yang terjadi di R.AJA’s Bar dan Restaurant, Kuta Square, daerah Pantai Kuta dan di Nyoman Café Jimbaran.
• Bom Pasar Palu, 31 Desember 2005. Bom meledak di sebuah pasar di Palu, Sulawesi Tengah yang menewaskan 8 orang dan melukai sedikitnya 45 orang.


2006
• Bom Poso 2006 -10 Maret 2006. Ledakan bom di rumah penjaga Kompleks Pura Agung Setana Narayana di Desa Toini, Poso. Tidak ada korban jiwa.
• Bom Poso 2006 -22 Maret 2006. Sekitar pukul 19.00 WITA, bom meledak di pos kamling di Dusun Landangan, Desa Toini, Kecamatan Poso Pesisir. Tidak ada korban jiwa.
• Bom Gereja Poso 2006 – 1 Juli 2006. Bom meledak di Gereja Kristen Sulawesi Tengah (GKST) Eklesia Jalan Pulau Seram, Poso, Sabtu (1/7), sekitar pukul 22.15 Wita yang cukup keras hingga terdengar dalam radius tiga kilometer. Tidak ada korban jiwa
• Bom Stadion Poso – 3 Agustus 2006. Sekitar pukul 20.00 WITA, bom kembali meledak di Stadion Kasintuwu yang terletak tepat di samping Rumah Sakit Umum Poso. Tidak ada korban jiwa.
2009
• Bom Jakarta, 17 Juli 2009. Dua ledakan dahsyat terjadi di Hotel JW Marriott dan Ritz-Carlton, Jakarta. Ledakan terjadi hampir bersamaan, sekitar pukul 07.50 WIB. Dani Dwi Permana meledakkan bom di Hotel JW Marriott di Mega Kuningan, Jakarta. Lima menit kemudian, rekannya Nana Ikhwan Maulana meledakkan bom di Hotel Ritz-Carlton yang terletak tidak jauh dari Marriott. Tujuh orang meninggal dunia dan lebih dari 50 orang terluka dalam dua serangan bom itu. Penyelidikan polisi menunjukkan perencanaan bom dipimpin oleh Noordin M. Top.
2010
• Januari 2010. Penembakan warga sipil di Aceh.
• 27 Februari 2010. Penemuan bom di Masjid Sang Cipta Rasa yang berada di lingkungan Kraton Kasepuhan Cirebon. Bungkusan itu ditemukan sehari setelah puncak peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW di Kota Cirebon.
• September 2010. Perampokan bank CIMB Niaga.
• 29 September 2010, Ahmad bin Abu Ali meledakan bom sepeda yang dikendarai di dekat AKP Heri yang sedang mengatur lalu lintas di depan Pos Lalu Lintas Pasar Sumber Arta, Kalimalang, Jakarta Timur. Ahmad bin Abu Ali menderita luka parah.
2011
• Bom Cirebon, 15 April 2011. Muhammad Syarif tewas meledakan diri di Masjid Al-Dzikro. Ledakan bom bunuh diri di Masjid Mapolresta Cirebon saat shalat Jum’at yang menewaskan pelaku bom bunuh diri dan melukai 28 orang lainnya.
• Bom Gading Serpong, 22 April 2011. Rencana bom yang menargetkan Gereja Christ Cathedral Serpong, Tangerang Selatan, Banten dan diletakkan di jalur pipa gas, namun berhasil digagalkan pihak Kepolisian RI.
• 22 September 2011. Penemuan empat bom di Kota Ambon yaitu bom di trotoar jalan Karang Panjang pada Kamis (22/9) dan Terminal Talake Mardika pada Sabtu (24/9) malam. Dua bom ini meledak dan tidak memakan korban. Dua bom lagi ditemukan lagi pada hari yang sama yaitu pada 26 September 2011 yaitu di Gereja Maranatha dan Gereja Anugerah.
• Bom Solo, 25 September 2011. Achmad Yosepa Hayat alias Hayat alias Raharjo alias Abu Daud bin Daud, tewas meledakan diri di Gereja Bethel Injil. Ledakan bom bunuh diri di GBIS Kepunton, Solo, Jawa Tengah usai kebaktian dan jemaat keluar dari gereja. Satu orang pelaku bom bunuh diri tewas dan 28 lainnya terluka.
2012
• 17 Agustus 2012. Insiden penembakan yang dilakukan orang yang tak dikenal terjadi di Pospam Glemblegan, Surakarta. Sebanyak dua polisi luka-luka. Bripka Endro Margiyanto dan Brigradir Kukuh Budiyanto yang sedang berjaga di Pospam Gemblegan, pada pukul 01.10 WIB.
• Bom Solo, 19 Agustus 2012. Granat meledak di Pospam Gladak, Jl. Jenderal Sudirman Solo, Jawa Tengah. Ledakan ini mengakibatkan kerusakan kursi di Pospam Gladak. Tidak ada korban jiwa.
• 30 Agustus 2012. Penembakan di Pos Polisi Singosaren, Jalan Rajiman Serengan, Solo, Kamis (30/8/2012), yang menewaskan seorang anggota kepolisian, Bripka Dwi Data Subekti.
• 10 September 2012. Brigadir Dua Jefri Runtoboy meninggal dunia karena ditembak oleh orang tidak dikenal di Wamena, Papua. Anggota Sabhara Polisi Resor Tolikara ini meninggal dengan 14 luka tembak (lima kali pada bagian punggung, satu pada bagian belakang leher, satu pada rusuk kiri, empat kali pada perut bagian kanan, satu pada dada kanan, satu pada lengan kanan, dan satu pada bagian bawah mata kanan) saat sedang patroli, pukul 10.30 WIT di Desa Milineri, Wamena. Ia diserang saat melaksanakan tugas pengamanan kegiatan pengaspalan di Jalan Karubaga, yang dikerjakan PT Moderen Widya Teknikal.
• 9 Oktober 2012. Sebuah bom yang meledak di depan rumah warga di Kelurahan Kawua, Kabupaten Poso, yang berjarak 230 kilometer dari Kota Palu.
• 22 Oktober 2012. Sebuah ledakan yang diduga berasal bom rakitan
terjadi di Pos Lalu Lintas dekat SMA Kristen di pusat kota Poso, Sulawesi
Tengah.
• 22 Desember 2012. Empat anggota kepolisian tewas setelah ditembak oleh kawanan kelompok bersenjata di Poso, Sulawesi Tengah. Keempat korban penembakan tersebut bernama Briptu Eko Wijaya, Briptu Ruslan, Briptu Winarto, dan Briptu Wayan Putu Ariawan. Tiga korban penembakan tewas di tempat, sementara Briptu Eko Wijaya meninggal dunia saat tiba di rumah sakit. Polisi berhasil menangkap dua dari 10 tersangka yang diduga terlibat dalam penembakan ini. Polri menduga pelaku penyerangan adalah anak buah Santoso alias Abu Wardah, salah seorang pimpinan kelompok teroris di Poso.
2013


• Kamis, 2 Mei 2013. Penemuan lima bom pipa di Jl Bangka II F, Jakarta Selatan. Lima bom pipa tersebut siap untuk diledakkan di kantor Kedutaan Besar Myanmar di Jalan H. Agus Salim, Menteng, Jakarta Pusat. Peledakan bom sendiri rencananya akan dilakukan di Kedutaan tersebut pada Jum’at 3 Mei 2013 pagi. Namun peledakan tersebut dapat dicegah karena Tim Densus 88 Polri terlebih dahulu menangkap dua terduga teroris Sefa Riano alias Asep (perakit bom) dan Achmad Taufiq alias Ovie, di Jl. Jend. Sudirman, Bendungan Hilir, Jakarta Pusat, Kamis 2 Mei 2013 malam.
• 3 Juni 2013. Kejadian yang tak kalah mengejutkan adalah adanya peristiwa bom bunuh diri di halaman Mapolres Poso, Sulawesi Tengah, 3 Juni 2013. Seorang pria yang belakangan diketahui bernama Zainul Arifin, mengendarai sepeda motornya masuk ke halaman Mapolres Poso dan meledakkan diri. Anehnya, pada saat itu tak ada anggota polisi yang terluka dalam insiden tersebut karena anggota kepolisian baru saja selesai melaksanakan apel pagi.
• 7 Juni 2013. Brigadir Kepala Didik Puguh, anggota Kepolisian Sektor Kota Kediri, Jawa Timur, menjadi korban penembakan oleh perampok, beberapa saat setelah mengambil uang Rp 143 juta dari Bank Central Asia (BCA). Penembakan terjadi ketika dua perampok yang berboncengan sepeda motor mengincar uang bawaan korban. Peristiwa terjadi di perempatan Jalan Perintis Kemerdekaan, Kota Kediri, sesaat sebelum salat Jumat. Dalam aksi penembakan tersebut, Bripka Didik berhasil menyelamatkan diri. Dalam kondisi bercucuran darah, ia memacu kendaraannya menuju rumah sakit terdekat. Uang yang dibawanya pun berhasil diselamatkan.
• 4 Juli 2013. Briptu Ratijo, anggota Pos Polisi Bunut Polsek Sragi, ditembak orang tak dikenal di Simpang Tanggul, Desa Bunut, Kecamatan Seragi, Lampung Selatan, Kamis 4 Juli 2013 pukul 18.30. Ratijo ditembak setelah melakukan pengejaran terhadap sekelompok orang mencurigakan dari Desa Belanga, Kecamatan Sragi, menuju Desa Bunut.
• 27 Juli 2013. Anggota Satuan Lalu Lintas Polsek Metro Gambir, Jakarta Pusat, Aipda Patah Saktiyono ditembak di Pamulang, Tangerang Selatan, Banten. Namun, ia selamat dalam insiden tersebut. Pada Sabtu (27/7/2013) subuh lalu, Aipda Patah Saktiyono ditembak oleh 2 OTK, saat melintas tepat di depan Sekolah Al-Path, Ciputat, Tangerang Selatan. Anggota Polantas Gambir ini ditembak dari belakang oleh pelaku. Korban tersungkur tepat di depan sebuah masjid yang berjarak sekitar 200 meter dari lokasi penembakan. Tembakan pelaku mengenai punggung korban dan tembus hingga ke dada kirinya, namun korban dapat terselamatkan jiwanya.
• 4 Agustus 2013. Peledakan Vihara Ekayana Amara Jalan Mangga II/8 RT 08/08 Kelurahan Duri Kepa, Tanjung Duren, Jakarta Barat, pukul 18.50 WIB. Satu paket bom gagal meledak dan 3 orang luka-luka.
• 7 Agustus 2013. Aiptu Dwiyatno tewas ditembak oleh orang tak dikenal di Ciputat, Tangerang Selatan, Banten. Sepekan kemudian, giliran Aiptu Kushendratna dan Bripka Ahmad Maulana tewas ditembak di Pondok Aren, Tangerang Selatan, Banten. Pada Rabu (7/8/2013) subuh lalu, Aiptu Dwiyatno tewas tertembak di kepala saat dirinya melintas di depan RS Sari Asih, Tangerang Selatan. Saat itu, anggota Binmas Polsek Cilandak hendak mengisi kegiatan ceramah di Lebak bUlus, Jaksel.
• 16 Agustus 2013. Dua anggota polisi Aiptu Kus Hendratna dan Bripka Ahmad Maulana, juga tewas ditembak oleh 2 orang pria misterius di depan Masjid Bani Umar, Jalan Graha Raya Bintaro, Pondok Aren, Tangerang Selatan.
• 10 September 2013. Aipda (Anumerta) Sukardi, tewas ditembak orang tak dikenal ketika tengah mengawal enam truk di depan Gedung Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK)di Jalan HR Rasuna Said, Kuningan, Jakarta Selatan.
• 25 Desember 2013. Ditemukan tas ransel berisi dua rangkaian bom rakitan di sebuah warung tegal di kawasan Panongan, Tangerang, Banten. Rangkaian bom dapat dijinakkan oleh Tim Gegana Polda Metro.
Beberapa insiden di atas, adalah sebagai bukti bahwa fenomena terorisme di Indonesia bukanlah suatu kejahatan biasa namun sebagai extra ordinary crime against humanity.
PERMASALAHAN mengenai terorisme di Indonesia sangat erat kaitannya dengan penegakan hukum,dimana dalam penegakkan hukum diyakini bahwa hukum tidak berada dalam ruang yang hampa, suatu pendapat yang menarik untuk dikaji sekaligus menjadi tambahan wawasan bagi semua pihak, adalah ketika 11 ( sebelas ) jam waktu yang dibutuhkan oleh Polri dalam upaya penangkapan terhadap pelaku tindak pidana terorisme seperti di Ciputat beberapa waktu lalu.
sebelas jam bukan waktu yang singkat , apakah profesionalisme Polri patut dipertanyakan , manakala sementara ini film -film barat hollywood asyik menceritakan keberhasilan unit-unit lawan teror untuk membasmi kejahatan dalam hitungan detik atau beberapa cerita sebagai rujukan dari masa lampau yang mengatakan upaya raid seperti yang dilakukan di Ciputat harusnya cukup dalam hitungan menit, tuntas dan bersih.
adalakalanya antara pemikiran teoritis dan aplikasi dilapangan ibarat mempertemukan minyak dan air , antara kebutuhan atas pertimbangan bahwa penggunaan senjata api haruslah sebagai upaya terakhir ” final resort ” dan upaya penggunaan senjata api haruslah diiarahkan kepada sasaran secara limitatif dan hanya melumpuhkan semata.
teori dan konsep human right dan proses due of law menjadi suatu chalenge , yang harus dikiritisi untuk menyempurnakan kajiankonsep dan teori yang dipaparkan diawal mula, apakah tembakan melumpuhkan tersebut harus diterjemahkan kedalam definisi hanya ditembak kakinya saja ??? ataukah dalam situasi darurat seperti di ciputat upaya melumpuhkan dengan menembak kaki nantinya tidak akan kontraproduktif manakala teroris yang mempersenjatai dirinya dengan senajata api kemudian tiba tiba meletakkan senjatanya secara serta merta , bilaman kalau nantinya senjata yang masih dalam gengaman tangan diarahkan dan ditarik picunya tepat ke kepala operator tam tindak Polri .
upaya somasi dan persuasi selama sebelas jam harusnya cukup memberikan waktu dan keempatan kepada mereka yang dengan lantang menyuarakan adanya pelanggaran HAM oleh anggota Polri dalam misi penangkapan beresiko tingg seperti di ciputat, katakanlah bagi mereka yang menyuarakan suara minoritas tadi dengan lebih proaktif ikut berkontribusi dalam upaya pemeberantasan terorisme sesuai konsep dan teori yang dipelajari dan diyakini, kalau saja KONTRAS saat itu mengirimkan wakilnay ke lokasi penangkapan bisa jadi akan lain ceritanya, siapa tahu para teroris yang bersembunyi di dalam rumah akan tergerak hatiya untuk menyerah dan mau dibawa hidup-hidup guna mempertanggung jawabkan perbuatan yang dilakukan untuk diuji didepan Hakim dan pengadilan
inilah seharusnya menjadi bukti bahwa headline salah judul dalam media cetak mainsteram yang memaksa ” POLRI HARUS YAKIN DAN PERCAYA DENGAN PENEGAKKAN HUKUM ” suatu utopia ketika mereka yang kemudian disebut sebagai TERDUGA teroris malah tidak mau mengakui keberadaan dan keberlakuan HUKUM positif itu sendiri , karena bagi mereka 72 bidadari lebih menjanjikan daripada hukuman 7 tahun penjara lewat pengadilan di Indonesia, apalagi kalau saat ajal bisa membawa operator lapangangn penindakan Polri yang hendak melakukan penagkapan , bisa jadi tidak sekedar 72 bidadari tapi mungkin bonus tambahan menanti.
jangan lupa .ketika Polisi ditakdirkan percaya kepada hukum maka pelaku kejahatan teror mengharamkan hukum sebagai buatan manusia.