Jokowi dan Ahok , duet maut kemapanan di Jakarta dan Indonesia,
Di negara yang serba boleh seperti Indonesia , sudah terlalu banyak cerita yang bisa menjadi alasan pembenar terhadap sebuah kemauan , modalnya gampang saja : punya massa .. maka anda akan menjadi pesohor yang ditakuti , punya intelektualitas …. Maka anda akan menjadi pengamat yang mumpuni, punya uang ……………… anda bisa membeli dukungan , punya koneksi ……… anda menjadi jumawa.
Serba boleh yang menggejala membuat urusan di Indonesia menjadi serba gampang , maksudnya serba gampang jadi lupa atau dilupakan orang, kemaren sibuk dengan urusan bank century , tiba tiba lupa dengan urusan norman kamaru, besoknya lagi ada urusan hambalang , terakhir muncul lagi bank century , serba latah pada akhirnya membuat keinginan mensterilkan jalur busway menjadi polemic yang berkepanjangan menghias headline media massa.
Kita sibuk membicarakan , jumlah besaran denda yang selama ini dirasakan bisa dibeli dengan uang gobanan kini harus kotak katik dengan angka satu juta.
Jokowi ahok sebagai duet maut di Jakarta ingin mengajak masyrakat untuk lebih dewasa , bahwa Tilang juga merupakan bagian dari peradaban manusia untuk hidup teratur keluar dari serba boleh di Jakarta,
namanya jalur busway menjadi sedemikian lumrah untuk diterobos , mulai dari alasan mobil dinas , punya jendral , punya penggede , punya tokoh , punya kenalan bahkan alasan yang bikin mules …. Lagi buru buru.
Sebagai sebuah perjuangan untuk menjadikan masyarakat Jakarta menjadi beradab , adalah sebuah kepatutan bagi keinginan Jokowi ahok membangun pola transportasi massal yang sehat, lancar jaya , tertib .
Potongan mosaic dari konsep penataan transportasi missal yang digagas dan diberani diperjuangkan duet jokowi ahok umumnya menimbulkan pertanyaan sebagai berikut :
1. Apakah penertiban alias bahasa intelektual kampus disebut dengan penggusuran lapak –lapak pedagang kaki 5, parker liar yang memakan badan jalan , pembersihan stasiun kereta api komuter termasuk pasar tumpah di tanah abang merupakan solusi sehat buat lancar jaya kemacetan jalan di Jakarta ???
2. Apakah ide tilang full kepada motor dan mobil yang nekat menerobos jalan busway akan efektif ?
3. Apakah cabut pentil dan lepas plat nomor mobil yang parkir sembarangan akan membuat jera???
Semua pertanyaan tadi muncul dari percakapan di warung kaki lima sampai ke gedung dewan , namun disadari atau tidak , dalam membangun sebuah peradaban dibutuhkan usaha , waktu , tenaga yang tidak sedikit , harus terus menerus dan siap untuk tidak popular.
Nggak salah kalau Ahok pernah mengatakan dalam sebuah sesi wawancara di tv, bahwa dirinya siap tidak dipilih kembali pada pemilukada berikutnya bilamana akibat ide dan terobosan yang dilakukan demi lancar jayanya jalanan Jakarta pada akhirnya mengecewakan oknum masyarakat dan oknum pejabat yang ada di Jakarta.
Membangun system traNSPORTASI masal yang bisa mengakomodasi sekian kepentingan masyarakat tentunya tidak mudah , dan memang tidak semudah menyuarakan protes apalagi penolakan yang biasanya disuarakan oleh mereka yang sebenarnya tidak ahli banget namun mudah mendiskreditkan orang tanpa memberikan solusi yang tepat,
umumnya ketika ditanya balik apa yang menjadi solusi jawabnya adalah : KALAU MENURUT SAYA ( EMANG JAKARTA PUNYA ENTE SEORANG ) ……….. ATAU JAwABAN KLASIK …… SEHARUSNYA DARI DULU ( EMANG ENTE DULU KEMANA AJA ) ……….. YANG PALING PARAH ADALAH JAWABAN POKONYA ……… ( EMANG ENTE BISA ???)
negeri serba boleh seperti Indonesia dan Jakarta sebagai ikonnya membutuhkan manusia manusia beradab yang tahu mana batas antara hak dan kewajibannya , kalau nggak mau telat , ya harus datang lebih awal , kalau nggak mau macet ya pindah ke angkutan umum , kalau ngelihat jalur busway ya jangan diterobos,
kita malah asyik mebicarakan , kalau denda selangit akan memancing polisi jadi koruptif , jadi yang disalahkan adalah tilangnya bukan perilakunya , kalau nggak mau di pungli ya jangan melanggar , kalau polisinya pungli tinggal jepret dan wartakan.
Melawan Negara yang serba boleh adalah yang paling mudah dengan melakukan serba tertib , dimulai dari diri sendiri , dari yang kecil dan mulailah sekarang juga.
Selamat datang era serba tidak boleh. Jalanan Jakarta lancar jaya.
Tinggalkan Balasan