RESIMEN YANG HILANG
Detik-detik menjelang pemberangkatan pasukan untuk suatu hajatan akbar justru merupakan masa yang paling menegangkan , dering telpon dari mabes ABRI kala itu mengagetkan semua pasukan dan komandan Brimob, dering yang mewartakan bahwa Brimob boleh tampil sebagai pasukan upacara lengkap dengan loreng pelopor , tepat di hari ulang tahun ABRI 5 Oktober 1998.










Suasana berubah senyap ketika tiba-tiba hanya di lingkar dalam Mako Korps Brimob saja turun hujan sedemekian lebat, memaksa pasukan upacara dari Batalyon B Resimen 1 Korps Brimob berteduh atau tepatnya berkumpul di selasar Museum Brimob ( kini menjadi Mako Satuan IV / Puslat ) sambil melhat lihat foto lawas perjuangan sesepuh MenPor
Entah ide siapa dan darimana, tiba –tiba ada celetukkan khas prajurit yang mengajak berdoa memohon agar perjuangan Men-Por dapat dilanjutkan hari itu, tidak dinyana berselang sekejap kemudian langit Kelapa Dua menjadi cerah dan hujanpun mulai reda.
Sekelumit cerita pengatar tadi adalah pengalan sejarah yang jarang diketahui oleh penerus Brimob saat ini , desas-desus adanya tarik urat leher antara Kapolri Jendral Dibyo Widoodo yang bersikeras agar Brimob dapat tampil dengan loreng Men-Por kebanggannya.
Sejarah berlanjut kembali dengan cerita bahwa pasca likuidasi Korps Brimob mengalami masa -masa kemunduran secara teknis kemampuan dan perlatan saran dan prasarana, dimulai pada era tahun 1969-1970, melihat foto foto lawas khusunya masa 80 an sampai 90 merupakan masa-masa tersulit bagi Brimob , tak pelak adanya curahan hati para prajurit dan pimpinan kala itu dengan menuliskan ” KAMI MASIH ADA ” makna mendalam dibalik tulisan yang kerap muncul di spanduk peringatan hari ulang tahun Korps Brimob.
Kualifikasi Pelopor dibentuk di Sekolah Pendidikan Pelopor yang memberikan pendidikan khusus kepada warga MOBRIG yang memenuhi persyaratan untuk menjadi anggota Kesatuan Pelopor (ranger). Pada masa Kepemimpinan R. Soeparto diupayakan untuk membentuk tenaga – tenaga instruktur yang berkualitas seperti ranger luar negeri. Beberapa langkah dilakukan, diantaranya Sekolah Pendidikan Mobile Brigade menyeleksi para Perwira instruktur untuk disekolahkan di luar negeri . Tempat Studi dipilih Philipina dan Jepang (Okinawa), karena Instrukturnya dari Angkatan Darat Amerika yang berpengalaman.
Pengiriman para instruktur Sekolah Pendidikan Mobile Brigade ke luar negeri pertama kali dilakukan pada tahun 1955-1956. Mereka yang terpilih dari seleksi adalah : IPTU Soetrasno, IPTU Annas Tanuwidjaja, AIPTU Andi Abdulrohman, disamping itu, pengiriman juga dilakukan untuk beberapa perwira MOBRIG daerah, yakni : IPTU Soekari, IPTU K.E. Loemy, IPTU Wongso Dipuro, AIPTU Soediyatmo.
Selama satu tahun mereka belajar di luar negeri. Ilmu yang ditimba di kedua Negara itu cukup bermanfaat untuk pengembangan Sekolah Pendidikan Mobile Brigade. Mereka adalah tenaga instruktur yang sangat bermanfaat untuk pembentukan Ranger Indonesia.
Dari tangan merekalah proses pembentukan Ranger diambil dari peserta hasil lulusan SPN Sukabumi sebanyak 15 orang Agen Polisi kelas dua, yaitu AP. II Syakir, AP. II M. Calseus Sukisman, AP. II Bejo Rahayu, AP. II Sukardi, AP.II Rokhiyat, AP. II M. Ali Rifai, AP. IISuhanda, AP. II Ubeh, AP. II Mamin Rohman, AP. II Edy Kusman, AP. II Bunyani, AP. II Mawi, AP. II Untung Sutrisno, AP. II Sukidjo, AP. II Sukanto. Dalam pendidikan tersebut kelima belas orang dnyatakan lulus pada tanggal 20 Oktober 1956, dan lulusan pertama sekolah Ranger Pendidikan Mobile Brigade Porong sekaligus menandai lahirnya Ranger Indonesia. Mereka ditempatkan sebagai pembantu Instruktur Ranger Sekolah Pendidikan Mobile Brigade Porong.
Pada pertengahan tahun 1956 terpilih 8 orang untuk tugas pendidikan di Okinawa gelombang II yaitu IP II R. Sudarmadji, AIP II Miswan, AIP II Paimun Hadi Santoso, AIP II Subanu, AIP II Sutomo, AIP II Slamet, AIP II umun Surachman dan AIP II Sutomo. Mereka disertai 15 orang pembantu Instruktur Ranger hingga tahun 1959. Aktivitas Sekolah Pendidikan Mobile Brigade disibukan oleh pembentukan Satuan Ranger. Tanggal 14 September 1959 terbentuk Kompi pertama Ranger Indonesia dengan sebutan Kompi 5994.
Itulah sebabnya pada tahun 1959 Pendidikan Pelopor untuk Angkatan I baru dimulai . tercatat peserta didik sebanyak 196 orang, 117 orang gagal.karena pendidikan yang dikembangkan itu adalah pendidikan Pelopor, maka penekanan terletak pada pelajaran Leadership.
Dibidang itu para siswa banyak yang tidak lulus, yaitu sebanyak 71 orang. Pada angkatan II, siswa yang masuk sebanyak 169 orang. Pendidikan dilaksanakan pada tahun yang sama dengan angkatan I,, dari jumlah siswa tersebut diatas 109 dinyatakan lulus, dan 60 gagal, terutama leadership 49 orang, dan keahlian 11 orang. Penddidikan untuk angkatan III baru dilaksanakan tahun 1961 diikuti 242 siswa.
Hasil yang dicapai angkatan ini terlihat kurang bagus, karena lebih dari 50 % atau 128 siswanya tidak lulus. Hanya sebanyak 114 dinyatakan lulus. Berbeda dengan angkatan I, untuk angkatan III kelemahan terletak pada penguasaan materi keahlian. Sebanyak 122 orang tidak lulus keahlian, dan 6 orang gagal leadership, sejak tahun 1961 nama Ranger tidak lagi dipergunakan, diganti nama Pelopor.
Boleh gak ditampilkan logo Menpor ciri khas rajawali nangkap petir?
SukaSuka
Maaf mau bertanya saat saya lihat di link sri gunting ini…Ada ijasah brevet rimba laut yang di situ tertulis nama alm Bapak saya KOESMIN…mhn ijin info ket bisa ijasah bala ada di sini..tq
SukaSuka