SURVIVAL
Survival berasal dari kata “SURVIVE” perjuangan untuk hidup. Faktor keberhasilan dalam survival adalah faktor “mental”, karena hanya dengan berkat mental yang tinggilah, anggota dapat keluar dari segala kesulitan yang dapat diatasi satu persatu apabila mental kuat dan tidak mudah menyerah pada keadaan.
Latihan survival, dapat juga dikatakan sebagai latihan “Membajakan Mental Manusia” (membuat mental seseorang menjadi sekeras baja). Secara global “Survival” adalah tindakan yang paling awal bagi mahluk hidup untuk mempertahankan hidupnya dari berbagai ancaman. Kejadian dimana makluk hidup melakukan sesuatu tindakan untuk melindungi dirinya dari berbagai ancaman agar tetap hidup.
b. Faktor-faktor Penyebab.
Faktor-faktor penyebab terjadinya Survival :
1) Kehabisan perlengkapan / perbekalan dari suatu perjalanan.
2) Kecelakaan dalam suatu perjalanan dengan pesawat udara atau kapal laut.
3) Tersesat di suatu daerah asing atau rawan atau di suatu daerah yang belum dikenal.
4) Hal-hal lain yang belum pasti (kekurangan pangan, kekurangan oksigen dan lain-lain).
c. Aspek Psikologis.
Aspek psikologis pada situasi Survival :
1) Penyelesaian situasi survival, membutuhkan tingkat emosi dan kepercayaan yang tinggi, sehingga dapat menyelesaikan problem untuk mempertahankan hidup.
2) Menyadari akan kepentingan hidup, sehingga dapat mempetahankan hidup, maka perlu mengatasi beberapa problem dalam situasi survival.
e. Motivasi Survival.
Problema mengenai lingkungan, misalnya gunung, rimba dan laut merupakan suatu pengetahuan, sehingga setiap problem yang timbul pada situasi survival dapat dihadapi dengan tenang serta sikap yang positif.
- f. Faktor-faktor Penting.
Faktor-faktor penting untuk tetap hidup :
1) Adanya kemauan yang besar untuk tetap hidup.
2) Kondisi pisik dan alat-alat yang dapat membantu.
3) Kondisi mental untuk mengatasi rasa takut, sunyi, tersesat atau rasa jenuh.
4) Pengetahuan dan pengalaman.
- g. Tekanan-tekanan yang Timbul.
Tekanan-tekanan yang timbul pada situasi Survival :
1) Stress Mental dan Fisik.
Panik dan kelelahan / kurang tidur.
2) Ketakutan.
Untuk mengatasi rasa takut, maka perlu belajar mengatasi rasa takut terhadap alam, misalnya :
a) Membuat perlindungan terhadap teriknya matahari atau hujan.
b) Menampung air hujan.
c) Mencari sesuatu untuk dimakan.
d) Dan lain-lain.
3) Sunyi Perasaan.
Ini karena adanya kesempatan melamun, memberikan kesempatan pada pikiran untuk berhayal yang akhirnya menimbulkan pikiran-pikiran jahat.
Cara mengatasi perasaan ini, yaitu dengan cara melakukan kegiatan, humor sendiri dan usahakan untuk gembira sekalipun ini berat untuk dilaksanakan.
4) Rasa Tersesat.
Buatlah catatan ; hari, tanggal atau minggu yang telah berlalu. Ingatlah perjalanan Anda tiap hari berapa jauh, kemana Anda bergerak.
5) Rasa Jemu.
Waktu yang terluang adalah musuh yang sangat kuat dan berbahaya bagi mental setiap orang yang terpisah dari orang-orang lain.
6) Rasa Haus.
Ini ditimbulkan karena rasa takut.
7) Rasa Lapar.
Disebabkan oleh rasa takut dan rasa haus yang dapat menimbulkan efek kurang gizi.
8) Rasa Panas dan Dingin.
Disebabkan oleh karena cuaca.
9) Rasa Bosan.
Masa bodoh depresi-frustasi.
10) Rasa Terisolasi.
Sunyi dan terkurung sendiri.
11) Kelainan tingkah Laku.
Tergantung pada situasi dan kondisi Survival.
Penyusunan situasi Survival membutuhkan tingkat kekuatan emosi dan spririt yang tinggi.
Kepercayaan terhadap agama sangat berpengaruh dalam memperbesar kekuatan emosi dan spirit untuk tetap hidup, dimana :
1) Setiap orang mempunyai kewajiban moral dan etik untuk mengatasinya.
2) Kekuatan untuk mengatasi rasa takut dan keraguan, harus datang dari diri sendiri.
3) Kepercayaan kepada diri sendiri akan memperbesar kemauan hidup.
4) Kepercayaan kepada agama / Tuhan YME merupakan sumber kekuatan pribadi dalam mengatasi tekanan yang timbul pada situasi Survival.
h. Permasalahan / Problem.
Permasalahan / Problem yang dihadapi pada situasi Survival :
1) Keadaan Alam .
Cuaca : dingin, panas, angin, hujan, basah, kering dan lain-
lain.
Medan : tebing, lembah, hutan, sungai, gunung, rawa dan lain- lain.
2) Masalah Diri Sendiri.
Fisik dan Mental.
3) Masalah Makhluk Hidup Lainnya.
a) Musuh / manusia (apabila dalam keadaan perang).
b) Binatang ataupun tumbuhan.
- h. Kondisi Medan.
1) Bentuk Medan.
a) Untuk mengetahui tinggi rendahnya medan, dikenal :
(1) Medan Datar
(2) Medan Tidak Datar.
b) Untuk mengetahui adanya rintangan-rintangan yang dapat mempengaruhi lintasan perjalanan, dikenal :
(1) Medan Terpotong.
(2) Medan Tidak Terpotong.
c) Untuk mengetahui adanya pandangan Medan, dikenal :
(1) Medan Tertutup.
(2) Medan Terbuka.
Dalam kenyataannya di lapangan, bentuk medan yang sempurna seperti tersebut diatas jarang dijumpai, kebanyakan merupakan gabungan dari bentuk tersebut.
2) Jenis Medan.
a) Hutan Pantai (0 – 50 m dpl), terdiri dari :
(1) Hutan Payau (Bakau / Mangrove).
(2) Hutan Pantai yang tidak tergenang air.
(3) Hutan Rawa.
(4) Hutan Gambut.
b) Hutan Dataran Rendah (50 -500 m dpl), terdiri dari :
(1) Hutan Rimba.
(2) Hutan Belukar.
(3) Hutan Musim (Monsoon).
(4) Hutan Rumput (Savanna).
c) Hutan Pegunungan (diatas 500 m dpl ), terdiri dari :
(1) Hutan Hujan Pegunungan.
(2) Hutan Lumut.
(3) Hutan Kerdir.
(4) Padang Rumput.
TINDAKAN-TINDAKAN DALAM SITUASI SURVIVAL
a. Pendahuluan.
Secara primitif survival memerlukan makan, minum, tempat berlindung dan aman.
Adapun untuk mengatasi tekanan / stress yang timbul, antara lain :
1) Tenang.
Bersikap tenang, jangan panik dan atasi semua emosi yang timbul karena diri terancam.
Lalu berpikirlah apa yang dapat diperbuat.
2) Pilihlah mana yang akan didahulukan, antara mencari tempat untuk berlindung, air atau makan :
a) Mencari tempat pelindung.
Manfaatkanlah tempat apa saja yang dapat dipakai dengan aman untuk berlindung, seperti ; gua, pohon atau bahan yang yang dibawa.
Bentuk tempat berlindung, dapat bermacam-macam tergantung dari memilih medan yang akan ditempati ataupun ketrampilan yang dimiliki.
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam mencari / membangun tempat berlindung (Shelter / Bivouauc) :
(1) Daerahnya harus tinggi.
(2) Daerahnya terlindung.
(3) Cukup luas untuk menampung.
(4) Mempunyai rintangan.
(5) Mempunyai jalan khusus / keluar masuk.
(6) Mempunyai daerah cadangan.
(7) Diatas tanah yang padat dan tidak belumpur
(8) Usahakan dekat dengan sumber air.
Hal-hal atau larangan untuk mencari tempat untuk berlindung :
(1) Daerahnya terbuka.
(2) Jangan di daerah lintasan binatang.
(3) Usahankan menghindari hembusan angin,
terutama di daerah tikungan.
(4) Jangan berbivak di sungai kering.
(5) Perhatikan keadaan medan, seperti tanah
longsor.
(6) Jangan dekat pohon lapuk / tua.
(7) Dan lain-lain.
b) Membuat Bivouac / Pertahanan.
(1) Buatalah bivak melingkar sebagai pertahanan agar dapat mengawasi ke segala arah / jurusan dengan menggunakan peralatan seadanya.
Misal : Ponco dan bahan-bahan yang ada di sekitar.
(2) Buatlah jalan keluar / masuk dan rintangan.
(3) Tehnik Mengalong.
Suatu tehnik ketahanan untuk menghindari dari pandangan lawan atau binatang diatas pohon yang rindang dengan badan diikat.
b. Cara Mendapatkan Air dan Makanan.
1) Minum.
Dalam kegiatan hidup sehari-hari, tubuh memerlukan minum 1 (satu) liter sehari. Sebaliknya, untuk menambah cairan dalam tubuh, minumlah 2 (dua) liter sehari.
Berdasarkan laporan / statistik yang ada, manusia masih dapat hidup tanpa air selama 3 hari (tergantung faktor cuaca).
Apabila persediaan air kita kurang dari 0,5 liter, jangan memakan jenis makanan yang berlemak / banyak memerlukan air atau menarik air.
Sebaliknya, minuman yang mengandung alkohol dihindarkan, karena sifat alkohol akan merangsang jalannya peredaran darah tubuh dan ini memerlukan energi lagi untuk mengolahnya, sehingga tubuh menjadi aktif dan panas tubuh akan lebih cepat keluar.
Rasa panas alkohol hanya terjadi pada bagian mulut sampai lambung dan tidak ke seluruh tubuh.
2) Mencari Air.
Dalam mencari air, perhatikan medan sekitar. Demi keamanan, medan tersebut disurvai terlebih dahulu serta dalam mencari sumber air minum, sebaiknya 2 (dua) orang (Body System) sesuai SOP.
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam mencari air, adalah :
a) Warna.
Jika air itu warnanya jernih / bening, dapat diminum (teristimewa kalau airnya mengalir).
Jika air sudah berbau tidak wajar / berwarna, maka sumber air itu mengandung unsur logam berat. Air ini tidak dapat diminum.
b) Temperatur.
Jika di daerah gunung berapi (Vulcano) sumber air terasa panas, maka jangan diminum karena kadar belerang tidak diketahui, tetapi kalau airnya dingin dapat diminum.
c) Asin / Kadar Garam.
Jangan terlalu banyak minum air yang mengandung garam, mengingat akan sifat garam yang akan menarik keluar air / cairan sel tubuh (dehydrasi).
d) Sumber-sumber Air.
(1) Di Darat / Hutan.
a) Air hujan.
b) Lobang-lobang air, perhatikan warnanya.
c) Menggali tanah ditempat-tempat
pertigaan sungai dan dibawah batu bekas air terjun / tebing.
d) Sungai.
e) Dipokok bambu yang berlobang.
(f) Rotan, bambu muda dan palem, lumut, bunga kantong semar.
(g) Embun.
(h) Kactus yang berduri dan berbunga kemerah-merahan.
(i) Pohon Palm.
(j) Pohon Aren.
(k) Pohon Nipah.
(2) Di Pantai.
Tidak selamanya dipantai airnya asin.
Pada batas-batas tertentu terdapat juga sumber air tawar :
(a) Sampai jarak 100 m dari pantai, kalau digali banyak kemungkinan akan keluar air tawar.
(b) Pada lembah-lembah pasir sepanjang pantai yang jaraknya sekitar 100 m, kalau digali akan keluar air tawar.
3) Mendapatkan Makanan.
Apabila persediaan makanan habis, maka untuk bertahan hidup di alam tersedia bahan makanan yang dapat dimakan dengan cara mengetahui / mengenal binatang dan tumbuhan yang akan dimakan.
Untuk membayangkan jenis tumbuhan yang dapat dimakan memang sulit, tetapi ada beberapa patokan / pedoman yang dapat diingat, antara lain :
a) Membiasakan diri mengenal tumbuhan hidup yang dapat dimakan, setiap kali diberitahu, ingat namanya dan dimana menemukannya.
b) Dapat mengikuti apa yang dimakan oleh burung dan binatang menyusui serta jenis rodentsia, seperti tikus, marmut, musang, ular dan lain-lain.
c) Menghindari tumbuhan-tumbuhan yang beracun, biasanya binatang dan seranggapun tidak akan mendekati tumbuhan tersebut / yang berbahaya ini.
Dengan adanya hal seperti itu, maka dapat mencari / memilih tumbuhan yang dapat dimakan dengan berhati-hati, seperti ; jenis padi-padian, paku-pakuan atau jenis umbi-umbian.
Kebanyakan jenis umbi-umbian dapat dimakan melalui proses memasak terlebih dahulu agar memudahkan proses pencernaan didalam tubuh.
Selain itu juga, ada jenis tumbuhan yang berbahaya atau beracun, seperti ; pohon renghas / oak yang berbahaya adalah getah dari pohon tersebut dan akan mengakibatkan kelumpuhan. Untuk lebih memperdalam mengenai tumbuhan dapat belajar dalam materi Biologi dan Zoologi praktis.
c. Cara Membuat Api.
Jika kehabisan korek api / gas serta bahan bakar, maka dapat memanfaatkan :
1) Ranting / daun kering atau serbuk batang kering yang dapat dimanfaatkan sebagai penyala api.
2) Sobekan kain kering atau bubuk mesiu.
Api dapat dibuat dengan cara :
1) Dengan bantuan sinar matahari.
Pakailah lensa cembung dimana titik api mengenai bahan penyala api. Lensa dapat berupa kaca pembesar, lensa kamera SLR, lenda teropong / teleskop.
2) Gesekan bambu dengan bambu (Mirun di Baduy).
Bambu penggosok harus lebih panjang dari pada bambu yang akan digosok, dimana yang dipakai bagian kulit luarnya saja. Gosokan yang berkedudukan vertikal menjadi panas dan segera diletakkan bahan penyala api.
Cara menggosok seperti menggergaji.
3) Busur dan Gurdi.
Buatlah busur yang kuat dengan mempergunakan tali sepatu / tali kain.
Gurdikan kayu keras pada kayu yang lainnya hingga panas dan terlihat panas / asap, lalu berikan bahan penyala dan api dapat menyala.
Point 1) s/d 3) pelaksanaannya membutuhkan kesabaran dan keuletan.
- d. Dalam Keadaan Survival akan Tetap Tinggal di Tempat atau mencari Jalan ke Luar.
Setelah mendapatkan tempat berlindung, makanan dan minuman, maka ada 2 (dua) alternatif, yaitu :
1) Tetap tinggal ditempat.
Dengan mempertimbangkan faktor-faktor :
a) Kondisi fisik survival, tidak memungkinkan untuk melanjutkan perjalanan.
b) Posisi sudah terlihat dari udara maupun dari darat oleh bantuan kawan.
c) Persediaan makanan dan minum cukup.
d) Tidak terlihat adanya tanda-tanda yang membahayakan, seperti gangguan binatang buas maupun lawan / musuh.
e) Mempunyai shelter / bivouac untuk bertahan.
2) Mencari Jalan ke Luar / Meloloskan Diri.
Jangan tergesa-gesa untuk mencari jalan kelaur, agar tidak banyak membuang energi keluar serta perhatikan keamanan.
Beberapa pedoman yang dapat digunakan, antara lain :
a) Tentukan posisi.
Misal : Melihat lumut tebal dibatang pohon, berarti
menunjukkan ke arah timur.
b) Carilah tempat yang tinggi untuk orientasi medan dan membaca keadaan Medan, aman atau tidak.
c) Carilah jalan keluar yang tidak terlihat oleh lawan atau dalam pengawasan (lawan lengah).
d) Sebaiknya membawa perbekalan dan makanan yang didapatkan dari tempat pertama kali menetap, karena kemungkinan lelah dan harus menetap lagi.
e) Perhitungkanlah akan tipuan medan (halusinasi).
f) Sebaiknya berjalan pada siang hari, karena selain baik untuk orientasi medan juga untuk menghindari binatang buas.
g) Untuk pegunungan, sebaiknya memilih lintasan melalui punggung gunung.
h) Kalau mengikuti aliran sungai, sebaiknya dilaksanakan pada siang hari dengan mengambil jarak tertentu, sehingga dapat terhindar dari air terjun / jeram.
i) Apabila dalam keadaan tersesat ingat pedoman :
(1) Behenti dan duduklah, beristirahat dan jangan panik.
(2) Gunakan akal, sadarlah akan bahaya yang akan dihadapi.
(3) Amati medan sekitar dan tentukan arah.
(4) Buatlah rencana dan pikirkan konsekwensinya, apabila sudah memutuskan apa yang harus dilakukan.
Prioritas untuk menentukan tindakan dalam Survival adalah penting, karena kematian dapat terjadi.
Tinggalkan Balasan