Akhirnya sampai juga di Juba , Ibukota Republik Sudan Selatan , dengan penerbangan UN Flight , berangkat pukul 08.00 waktu Uganda lewat bandara Entebbe yang pernah kondang dengan aksi pembebasan sandera Israel di tahun 1976.
Harapannya adalah catatan ini bisa berjalan terus menerus dan berkelanjutan , seperti biasa memasuki daerah baru yang serba darurat seperti di Juba ini lengkap dengan segala ketidak tahuan kegiatan dan segenap DO dan Don’t yang dijejalkan secara berturut turut pada masa induction training di Entebbe dan di Juba itu sendri sebelum penempatan di lokasi lokasi atau setidaknya sebagai anggota Team Site yang terserak diberbagai tempat konflik Sudan Selatan.
Memasuki tempat baru seperti UN Site di Tomping , adalah hajat pertama …. Mencari penukaran uang Dollar US gaji pertama sebagai UN Member dengan Pound South Sudan ( 1 US $ kira kira sama dengan 4 Pound Sudan Selatan) yang ternyata dengan senang hati dibantu oleh tenaga cleaning service asli tanah sudan selatan yang “ kebetulan “ ready stock gepokkan uang receh sebagai penukar Dollar, yang penting ada Pound lokal ,,, sebelum bisa ketahap berikutnya ! Makan siang yang akibat kesalahan prediksi penerbangan lewat UN Flight alhasil start dari jam 4 pagi sampai jam 12 waktu Sudan Selatan , perut nyaring ditambah mata berkunang kunang, pokoknya makan dulu baru kerja.
Makan siang dulu, entah kemahalan atau memang belum tahu trik makan ala buffet, sukses 40 Pound pertama lewat sebagai penukar makan siang , plus tambahan 4 pound buat air mineral dan 5 pound kopi hitam, padahal dimeja sebelah , asyik kasak kusuk menyusun strategi , yang tidak dilarang oleh warung tapi tidak disarankan oleh khalayak yang masih punya gengsi, ambil makanan dengan porsi jumbo , dibagi rata dan dibayar secara saweran.
Bagi mereka yang terbiasa “ daerah konflik” perjalanan ke Sudan Selatan bisa di switch menjadi semacam acara liburan, entah ini merupakan bagian dari proses internalisasi untuk menghapus stress maupun untuk mebiasakan diri agar lebih mudah beradaptasi di lingkungan baru yang kebetulan lingkungan konflik bersenjata, bagi mereka tadi yang mungkin urat TAKTIKAL sudah jadi bagian lahir bathin, biasanya ringan-ringan saja mengatakan : yang penting masih bisa mandi dan ada airnya, masih bisa “ pup “ dengan nyaman, apalagi ada wifi dan kantin , itu sudah liburan namanya, walaupun daerah konflik bersenjata.
Hari ini sudah sampai di Juba , besok dilanjutkan agenda lain yang nggak kalah rumitnya dan pasti paling dinantikan, ujian mengemudi dengan momok adalah kemudi disebelah kiri, ya disebelah kiri dengan lajur jalan yang berbeda bertolak belakang dengan tanah air, harapannya adalah sukses memiliki UN Driving License sekaligus mendapatkan inventaris yang paling ditunggu , yakni mendapatkan mobil dinas sebagai modal kerja dan mobilitas dalam misi, tanpa mobil dinas setiap UN member dipersilahkan mempersiapkan jempol untuk nunut alias numpang di jalan maupun jalan kaki kemana mana.
Tempat baru suasana baru serba baru , butuh penyesuaian baru, tidak salah bila Darwin mengatakan Survival of the fittest, walaupun bukan berarti saya penganut Darwinisme yang menyamakan monyet dengan nenek moyang kita.
Bertahan dan tampil eksis adalah jawaban suasana missi yang serba baru, menemukan ritme kehidupan merupakan jawaban yang paling masuk akal, bernagkat dari jadwal kerja dengan roster yang kayaknya belum bisa diterapkan di Indonesia , bekerja on time mulai pukul 07.00 sampai 19.00 plus 1 jam lebih awal berangkat kerja di , subuh… waktunya paling nikmat tidur , mempersiapkan sarapan ,
plus buntelan makan siang ,air minum .. semua disiapkan sendiri , dijinjing sendiri dan dihidangkan sendiri.
Lain cerita kalau kebagian shift kerja malam mulai pukul 19.00 sampai 07.00, malam –malam lengkap dengan bekal plus jacket dan botol obat anti nyamuk yang harus dioleskan tiap saat, maklum Sudan Selatan merupakan lokasi terbaik alau mau membuat penelitian tumbuh kembang nyamuk berbagai jenis yang pernah diciptakan Tuhan di muka bumi.
Lihat jadwal kerja dan ikut larut dalam aktifitasnya, kemudian membandingkan dengan kondisi kerja selama di tanah air adalah: ada yang bisa diserap da nada yang mungkin belum bisa diterapkan saat ini, jadwal dibuat benar benar dengan mempertimbangkan jam kerja bagi setiap orang dalam 1 minggu, kemudian rute dan giat patroli dan jaga PoC Camp IDP yang tidak boleh kosong, alhasil silahkan atur sendiri kapan mau ngambil jatah sekedar buat ngopi,
makan siang atau mungkin Sholat, baik baik komunikasi dengan rekan satu tim Patroli dan wajib laporan via HT kemana dan dimana tiap waktu.
Buang jauh jauh ala Indonesia , kalau di Tanah air mungkin semua serba ada , serba kita bisa dapat, ibarat mau “ pup” bisa dibasuh air, nah jangan sekali sekali menggunakan ukuran Tanah air disini, kalau tidak mau pusing dan senewen sendiri, pun demikian dengan masalah belanja makan siang, setidaknya ada trik , lihat bilamana Bule ( yang secara GNP tingkat kemakmuran dan mungkin kualitas kesehatan lebih baik ) mau makan disitu , artinya setidaknya cukup aman dengan perut Indonesia.
.
Merubah ritme hidup. Menemukan hal hal baru.
Tinggalkan Balasan