Soft Skill dalam postur Kepolisian

Mungkin kedepan mutasi bukan satu satunya jalan pembinaan, tetapi alternatif dengan wajib mengikuti sekolah atau kursus komunikasi publik, atau setidaknya pelatihan inter personal skill kembali ( re training)  terutama pada skill penyampaian pesan, meringkas jawaban, atau kemampuan public speaking, ini yang kadang kita tinggalkan.

Pelajaran interpersonal skills yang biasanya disebut sebagai SOFT SKILL umumnya hanya didapatkan pada saat masuk pendidikan pembentukan brigadir polisi, kemudian pada level SIP, PTIK, Sespim Polri.

Bagaimana dengan personil Polri yang sedang berdinas saat ini terutama pada pada garda depan pelayanan Kepolisian yakni barisan police worker ( umum maupun khusus), bakalan relevan  bila kedepannya ada program wajib ikut latihan SOFT SKILL sebelum melaksanakan UKP, dimana kemampuan public speaking wajib dimiliki oleh setiap personel polri, karena hampir setiap saat berhubungan dengan masyarakat umum yang menuntut pelayanan terbaik dan sempurna dari Polri. Kondisinya adalah bahwa pangkat dan jabatan tinggi belum tentu memiliki kemampuan public speaking yang bagus

Kemampuan khas kepolisian yang sifatnya dasar atau Teknik Dasar Kepolisian/ TDK saat ini sudah sedemikian maju, pendidikan pengembangan Lantas, Sabhara, Brimob termasuk Reserse dalam ranah teknis tugas preventive, preemptive dan repressive, namun tidak dengan pelatihan soft skill seperti: pelayanan berorientasi pelanggan, komunikasi Kepolisian, interpersonal skill, termasuk pelatihan manajemen resiko dan sebagainya.

Selain urusan teknis yang bersifat penampilan kesatuan ada juga urusan non teknis yang bersifat penampilan perorangan, dimana saat ini paradigmanya adalah menyebut penampilan yang selalu ditafsirkan secara harafiah, alias tampilan fisik saja selama ini. Rambut anggota laki-laki POlri tidak boleh  gondrong, tidak boleh tatoan, tidak boleh brewokan, termasuk tidak boleh piercing. Belum menyentuh kepada tampilan secara utuh.

Membangun karakter penampilan secara utuh harus dilakukan dengan : Latihan, latihan dan Latihan lagi, diperlukan setidaknya beberapa komponen yang terdiri dari.

1. Peserta yang tepat tugas dan tepat guna, orang Lalu Lintas tentunya harus belajar product of knowledge bidang lantas termasuk aspek soft skills lalu lintas dan sebagainya.

2. Pelatih yang kompeten dengan jangan malu malu mengundang tenaga  dari luar institusi Polri.

3. Alins dan alongin yang memadai penuh kreatifitas.

4. Kurikulum dan hanjar yang adaptif.

5. Dukungan anggaran

Point anggaran memang paling terasa di lingkup operasional kepolisian dalam membangun kompetensi perorangan dan kesatuan, namun jumlah  anggaran Polri tidak ubahnya sebagaimana kita memberikan uang dapur ke istri kita, tinggal komunikasi yang baik mana yang prioritas dan mana yang bisa ditunda dulu, belanja barang-barang isi rumah dibandingkan dengan belanja untuk kursus komputer anak-anak atau pelatihan Aikido anak anak

Ada hal-hal lain yang justru menjadi focus dalam penyiapan komponen latihan yakni bagaimana menemukan pelatih dan bagaimana merumuskan kurikulum. Pernah ada permintaan dari SPN Poldal untuk memberikan materi tentang Brimob dan Densus 88,  kita berharap bahwa materi ini tidak bersifat one way tapi jadi materi yang resiprokal saling timbal balik , antara Brimob dan Densus 88 dengan siswa SPN yang nanti bakal bertugas langsung dilapangkan.

Setiap anggota Polri punya peluang yang sama menjadi petugas Polri yang pertama kali berada di TKP serangan terror, sebagaimana pernah terjadi di jalan Thamrin maupun Mabes Polri, tugas setiap anggota Polri adalah nanti apa dan bagaimana mereka melakukan tugas itu ketika: Brimob dan Densus belum datang ke TKP, saat sudah datang di TKP dan segera setelah meninggalkan TKP.

Prakteknya seperti bagaimana memberikan materi RASI (reaction on active shooter incident)  yang tidak perlu dengan gladi pasukan , cukup  berupa gladi posko saja dengan permainan floor game, setidaknya pesan yang disampaikan lewat Latihan nanti sampai kepada para anggota Polri yang berada di TKP seperti para bhabinkamtibmas yang setiap saat ada di tengah masyarakat bahwa ada output: bhabinkamtibmas paham cara bertindak saat ada serangan terror dan Outcome  adalah : terpeliharanya Kamtibmas yang kondusif

Ada link menarik yang bisa dibaca tentang soft skills anggota Polisi. https://civilservicesuccess.com/10-essential-soft-skills-youll-need-to-have-as-a-police-officer/

Seorang Direktur Binmas memberikan cerita tentang skill yang harus dimiliki oleh para Bhabinkamtibmas , yakni proses mengadakan capacity building (15 paket latkatpuan Binmas) dengan bentuk kegiatan Binmas Reborn, dimana para Wakapolres wajib hadir sebagai aktor utama dalam BMS/ BHabinkamtibmas Management System.

Sebuah perubahan kecil yang menjanjikan dampak luas bagi masyarakat ketika program ini justru merangsang percepatan perubahan dengan memberikan reward kepada para Wakapolres, sebuah pemikiran Out of the box ketika biasanya hanya Kapolres menjadi pemain tunggal, kini peran penting Wakapolres diberikan ruang dan waktu untuk eksis dalam lingkup tugasnya di internal, ketika internalnya kuat dipastikan akan menjadi kekuatan terbaik dalam diplomasi kepolisian kepada eksternal

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s

Situs Web WordPress.com.

Atas ↑

%d blogger menyukai ini: